Friday, August 10, 2018

Aku Sungai Sebangau (Puisi Sungai Bagian-6)

Dulunya engkau sungai yang indah dikitari jejeran pohon besar dan kecil beraneka ragam di sepadan maupun dibelakang tanggulmu;
Badanmu berkelok-kelok dari muara hingga berhulu berbentuk danau besar nan indah dan megah;
Disepanjang pinggiran dan perairan mu bertebaran tumbuhan bakung dan pandan rasau yang indah nan menawan;
Orang-utan, bekantan, monyet, bergagai burung dan satwa lainnya menganggap engkau sebagai sorga kehidupan mereka;
Tubuhmu menyimpan dan menampung bermilyar-milyar ton air tawar gambut untuk kebutuhan manusia, hewan dan tumbuhan;
Buaya muara dan air tawar berdiam di dalam airmu yang dipenuhi berjenis ikan yang melimpah;
Para nelayan riang gembira setiap hari karena panen ikan yang melimpah yang sediakan oleh mu untuk kehidupan mereka;
Anak-anak kecil berenang kesana-kemari dan senda gurau menikmati air mu yang bersih dan bebas polusi;
Kapal dan perahu besar dan kecil lalu-lalang menyusuri alurmu untuk menghantar barang dan manusia bagi desa-desa disepanjang sepadanmu dan juga Kota Palangka Raya;
Pertandingan perahu internasional pun sering dihelatkan di danaumu yang asri itu.

Tetapi kemudian mimpi buruk itu tiba,
Sosok lengan kapitalis yang bernama HPH itu datang menghampiri dirimu;
Kayu-kayu indah dan bernilai milyaran dollar mulai mereka robohkan;
Kanal-kanal mereka gali di gambut di belakang tanggulmu untuk menggelontorkan kayu-kayu tebangan ke alur sungaimu;
Air gambut yang tersimpan tercurah keluar dan gambut disekelilingmu pun mulai kempes dan kering kerontang;
Hewan daratan dan burung-burung tunggang langgang lari menjauhi dirimu;
Buaya dan ikan di dalam airmu pun melarikan diri dan bersembunyi.

Mimpi burukmu itu ternyata belum berakhir menimpa mu,
Mimpi buruk berikutnya pun kembali menghampiri;
Proyek Lahan Gambut 1 juta hektar nan ganas dan penuh ambisius;
Kembali memperkosa dan memporakporandakan tumbuhan di sepadan dan digambutmu;
Ribuan kilometer kanal besar, sedang dan kecil digali dan dihubungkan dengan badanmu;
Semakin lengkaplah pendritaan mu, banjir pada musim hujan dan kering kerontang dikala musim kemarau tiba;
Kini satwa daratan, perairan dan udara sudah enggan dan menjauhimu;
Para nelayan hanya mengais-ngais sisa ikan yang terpaksa terperangkap di alur mu;

Entah sampai kapan nasib merana dan sedih mu ini akan berakhir?
Jawabannya hanya ada pada hati nurani, sikap baik dan etika manusia yang telah memperkosa hak-hak mu selama ini;
Semoga hati dan nurani para perusak mu selama ini tergerak untuk memulihkan mu seperti sedia kala.

Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin, 1 Agustus 2018
by Alue Dohong

Thursday, August 09, 2018

Opening Remark Tropical Peatlands Exchange 2018

My short opening remark on behalf of Pak Nazir Foead (Chief of Peatland Restoration Agency) at the Tropical Peatlands Exchange held by Centre for International Forestry Research (CIFOR) and FORDIA Ministry of Environment and Forestry (MoF) and Peatland Restoration Agency in CIFOR, BOGOR, 8th August 2018.

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...