Saturday, July 28, 2018

Aku Tanah Yang Kau Panggil Gambut Itu (Puisi Gambut-2)

Warna ku hitam kecoklat-coklatan tak manarik mata dan minus estetika;
Ragam sebutan nusantara dipatrikan pada diriku: tanah hitam, petak sahep, sepuk, payo dan rawa goyang;

Kandungan hara dan mineralku miskin sehingga aku sering disebut tanah marginal dan tidak subur;
Aku terbentuk dari jatuhan batang, dahan, ranting, dan daun yang jatuh dan terperangkap di perairan asam;
Tubuh dan airku yang asam menyebabkan banyak jasad renik dan bakteri pengurai tidak dapat bertahan hidup dalam lingkunganku;
Aku pun mengalami pelambatan proses pelapukan dan dekomposisi;
Bahan organik ku pun terus menumpuk membentuk lahan gambut;
Namun proses terbentukku tidaklah singkat, namun puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun.
Aku membentuk kubah dimana jutaan bahkan milyaran ton air tawar berkantong dan berdiam.

Kendati tubuh ku hitam, asam, tidak subur, namun:
Banyak flora dan fauna unik dan endemis yang senang berdiam dan tumbuh bahagia di dalam diriku;
Aku merupakan gundang dan penyimpan air tawar terbesar di ekosistem daratan;
Aku pengendali banjir dan juga intrusi air laut;
Akulah penyimpan karbon terbesar di ekosistem daratan;
Akulah pengendali sekaligus sumber gas rumah kaca utama.

Karena itu hanya satu pintaku pada manusia!
Kelolalah aku secara bijaksana;
Jangan hancurkan hutan yang tumbuh diatas tubuhku;
Jangan kalian iris-iris tubuhku dengan kanal-kanal penguras itu;
Jangan kalian keringkan airku;
Jangan kalian bakar-bakar diri ku secara serampangan;
Peringatan ini kusampaikan kepada manusia, agar petaka dan bencana tidak menimpa kalian saat ini maupun anak cucu mu dimasa yang akan datang. 


Jakarta, Minggu, 29 Juli 2018 
By Alue Dohong

Sunday, July 22, 2018

Apakah Puntung Rokok Bisa Menyebabkan Kebakaran Gambut?

1. Pendahuluan
Pada tanggal 19 Juli 2018 bertempat di lahan gambut Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau saya & Prof.Dr. Bambang Hero melakukan eksperimen kecil-kecilan & sederhana (sampling size 4) untuk menjawab hipotesis berikut: "bahwa puntung rokok tidak bisa menyebabkan kebakaran di lahan gambut".
Sebelum dilakukan eksperimen, dilakukan pengukuran langsung dilapangan antara lain untuk parameter sebgaia berikut::
1. Suhu saat itu (jam 10:00 pagi): 32,7 derajat Celcius:
2. Kelembaban relatif (jam 10:00 pagi): 68,8%;
3. Kecepatan angin (10:00 pagi): 4,2 mil/jam;
4. Kedalaman gambut: 3,2 meter (pengeboran kedalam gambut dengan menggunakan bor gambut).
Disamping itu, diperoleh beberapa tambahan informasi dari Kepala Desa Rimbo Panjang sebagai berikut:
1.  Wilayah desa Rimbo Panjang sudah tiga minggu tidak ada turun hujan;
2. Umur tebasan lahan: 5 hari 
2.  Metode: Jumlah Perlakuan dan Prosedur Perlakuan
Uji coba pembakaran dengan puntung rokok dilakukan dengan 4 (empat) perlakuan dan prosedur, sebagai berikut:
Sampel/perlakuan 1: 
Puntung rokok kretek berfilter dinyalakan/disulut dan diletakkan diatas bekas hasil tebasan yang didominasi seresah paku-pakuan dan sejenisnya. Umur tebasan berumur 5 (lima) harı dan sudah dalam kondisi cukup kering. Penyulutan dan peletakan puntung rokok dimulai jam 10:05 pagi.
Sampel/perlakuan 2: 
Puntung rokok kretek berfilter dinyalakan/disulut dan diletakkan diatas tanah gambut kering tanpa serasah paku-pakuan dan lain, namun posisi tanah gambut kering terangkat/tereskpose kuren lebih  20 cm diatas rata2 permukaan tanah gambut. Penyulutan dan peletakan puntung rokok dimulai 10:05 pagi.
Sampel/perlakuan 3: 
Puntung rokok kretek tidak berfilter dinyalakan/disulut dan diletakkan diatas bekas tebasan yang didominasi seresah paku-pakuan dan sejenisnya. Penyulutan dan peletakan puntung rokok dimulai juam 10:30 pagi.
Sampel/perlakuan 4:
Puntung rokok kretek berfilter dinyalakan/disulut dan diletakkan diatas tanah gambut kering tanpa adanya seresah paku-pakuan dan sejenisnya, namun posisi tanah gambut tidak terekspose dan sama dengan rata-rata permukaan Tanah gambut lainnya. Penyulutan dan peletakan puntung rokok dimulai jam 11:00 pagi.
3. Hasil-Hasil Perlakuan
3.1 Sampel/Perlakuan 1:
Sejak dilakukan penyukutan dan peletakan hingga sampai pukul 10:35 pagi (sekitar 30 menit pasca peletakan), seluruh puntung rokok termasuk filternya terbakar habis dan serasah paku-pakuan dan jenislainnya dimana puntung rokok ditaruh tidak mengalami kebkaran (tidak terbakar) sama sekali. Artinya hipotesis dapat diterima, yang bermakna bahwa puntung rokok tidak bisa menyebabkan kebakaran seresah hasil tebasan dan tidak dapat menjadi penyulut kebakaran permukaan.
3.2 Sampel/Perlakuan 2:
Sejak dilakukan penyulutan dan peletakan hingga jam 10:30 pagi (25 menit pasca peletakan) puntung rokok beserta filternya habis terbakar. Namun seiring dengan proses pembakaran puntuk rokok kretek sekitar menit ke 10 terjadi proses pengasapan (smouldering) disekitar puntung rokok dan menyebar meluas secara lateral dan vertikal yang ditandai perobahan warna seresah yang terbakar menjadi hitam dan menimbulkan bau terbakar gambut yang terbakar. Setelah seluruh puntung rokok terbakar habis, penyebaran smouldering dan peningkatan suhu di tanah gambut yang mengalami peningkatan sangat signifikan.  Sekitar  55 menit sejak penyulutan dan peletakan puntung rokok, tiba-tiba muncul lidah api dan kebakaran permukaan menyebar dengan cepat dengan membakar seresah bekas tebasan paku-pakuan dan sejenis yang ada disekitarnya.  Tepat jam 11:30 (60 menit pasca peletakan puntung rokok) api dipadamkan dengan cara disiram dengan air yang sudah disiapkan sebelumnya.

Kemudian luas yang terbakar diukur dan diperoleh dimensi yang terbakar sebagai berikut: panjang 0,75 m, lebar 0,55 m dan kedalaman yang terbakar mencapai: 0,02 m. Kebakaran yg terjadi masih sebatas kebakaran permukaan (surface fire)
Hasil perlakuan yang media menyatakan Hipotesis Ditolak, yang berarti bahwa puntung rokok bisa menjadi penyulut api (kebkaran) khususnya pada gambut kering yang posisi terekspose/terletak lebih tinggi (sekitar 20 cm) dari rata-rata posisi permukaan lahan gambut umumnya.
3.3. Sampel/Perlakuan 3:
Sejak dilakukan penyulutan dan peletakan pada jam 10:30 hingga jam menunjukkan pukul 10:50 pagi (20 menit setelah disulut) puntung rokok terbakar habis, namun puntung rokok tidak menyebakan terjadinya kekabaran terhadap seresah paku-pakuan dan sejenisnya. Ini bermakna bahwa Hipotesis Dapat Diterima, yang artinya puntung rokok tidak berfilter tidak dapat menjadi penyebab atau penyulut kebakaran gambut;
3.4 Sampel/Perlakuan 4:Sejak puntung rokok disulut dan diletakkan jam 11:00 hingga menit ke 30 (jam 11:30) seluruh puntung rokok berfilter terbakar habis, namun tidak menyebabkan kebakaran pada tanah gambut kering dimana puntual rokok tersebut diletakkan. Artinya bahwa Hipotesis Dapat Diterima bahwa puntung rokok tidak dapat menjadi pemicu kebakaran gambut kering.

Berdasarkan hail uji coba yang dilakukan bahwa probabilitas puntung rokok sebagai penyulut kebakaran gambut sebesar 25% khususnya untuk lahan gambut yang posisinya terekspose lebih tinggi dari rata-rata permukaan gambut umumnya. 
4. Limitasi Percobaan
Beberapa limitasi atau keterbatasan uji coba atau perlakuan ini antara lain:

1. Ukuran dan jumlah perlakuan (sampling size) sangat terbatas (tanya 4 perlakuan);
2. Tidak dilakukan pengukuran kedalaman air tanah;
3. Sebaran waktu pengukuran (time spread) dilakukan percobaan tidak terdistribusi secara normal dalam horison waktu 24 jam;
4. Jumlah hari kering seresah bekas tebasan belum bervariasi secara 
bagus (5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dan seterusnya).

Tuesday, July 17, 2018

Aku Sungai Mantangai (Puisi Sungai Bagian-5)

Sejarah pernah mencatat bahwa aku lumbung ikan untuk se-kecamatan maupun Ibukota Kabupaten Kapuas;
Sejarah pernah mencatat bahwa aku pernah menjadi habitat buaya berwarna hitam maupun putih;
Sejarah pernah mencatat bahwa aku habitat hutan rawa gambut paling anggun dan elok, berdiri pohon-pohon besar seperti Ramin, Meranti, Jelutung, Belangiran, Pulai dan lain-lain;
Sejarah mencatat bahwa aku menjadi situs adat dan tempat pemujaan bagi sang Khalik dan para Dewa;
Sejarah pernah mencatat bahwa di bagian hulu ku terdapat Danau Air Hitam Bagantung nan luas, bersih dan berpenghuni para dewa;
Sejarah pernah mencatat bahwa satwa endemik dan karismatik Orangutan, Bekantan, Beruang Madu, Macan Dahan, Lutung menjadikan aku sebagai rumah idaman mereka;
Sejarah pernah mencatat bahwa masyarakat tempatan hidup sejahtera, gembira dan bahagia karena kebaikan alam ku.
Sampai kemudian mimpi buruk itu menghiggapiku;
Dengan mengatasnamakan mempertahan swasembada beras nasional;
Dengan mengatasnamakan pemerataan pembangunan;
Dengan mengatasnamakan pemerataan penduduk melalui transmigrasi;
Dengan mengatasnamakan pemberdayaan masyarakat lokal;
Dengan mengatasnakan pembangunan ekonomi daerah;
Proyek Pengembangan Lahan Gambut 1 juta hektar Namanya karya Orde Baru;
Proyek mercusuar miskin logika dan tanpa rencana matang tersebut menjandikan aku sebagai targetnya;
Tubuhku disayat-sayat dan disodet-sodet dan disambung kanal-kanal drainase raksasa berbagai ukuran, sehingga badanku kempes karena air gambut yang merupakan darahku keluar dan kering ;
Pohon-pohon berbagai jenis dan ukuran yang bertengger disepanjang sepadanku di ditumbangkan tanpa ampun dan kasih;
Satwa liar daratan dan perairan berlarian tunggang langgang menyelematkan diri dari kekejian tindakan perusakan ini;
Kini tubuhku penuh korengan, kering dan menjadi langganan kebakaran setiap tahun;
Para pembalak dan pencari rente terus-menerus mengoyak-ngoyak tubuhku;
Para sahabat satwa sudah enggan berdiam di sepanjang sepadanku;
Ikan dan satwa perairan sudah enggan berdiam di dalam airku yang terpolusi;
Kini kejayaaan dan keagungan ku telah sirna karna perbuatan laknat ciptaan Tuhan yang bernama manusia.

Mantangai (Kapuas, Kalimantan Tengah), Rabu, 11 Juli 2018 
By Alue Dohong

Friday, July 13, 2018

Engkau Musi (Puisi Sungai Bagian-4)

Tubuh mu yang tambun dan panjang, berwibawa dan tampak ganas, 
namun sejatinya kamu adalah peramah dan pemurah;
Engkau biarkan tubuhmu ditunggangi dan digilas oleh lalu Lalang perahu, kapal, tonkang besar dan kecil hanya untuk penuhi ambisi dan hasrat kehidupan ekonomi, sosial dan spiritual manusia;
Aliran air mu gemerisik, ber riak-riak, bergelombang kesana-kemari bak gerak tarian penari perut India, akibat hilir mudik kendaraan air;
Engkau telah menghantarkan jutaan manusia dan bermilyar ton barang melalui air mu;
Engkau telah memberikan air mu untuk melepas dahaga manusia, hewan dan benda tak bernyawa lainnya;
Engkau telah bermurah menyediakan pangan dan sumber protein berupa berbagai jenis ikan buat mengenyangkan perut manusia maupun hewan lainnya;
Engkau telah memendamkan limbah dan sampah manusia ke dasarmu yang paling dalam;
Semuanya itu kau lakukan tanpa pamrih dan bersungut-sungut, kecuali, engkau ingin:
Manusia tetap menjaga dan memelihara tubuh dan air mu dengan baik;
Manusia tidak merusak sempadan dan mensodet-sodet tubuhmu;
Manusia tidak menjadikan engkau tong limbah dan sampah kotoran mereka;
Manusia memelihara dan memanen ikan-ikan indahmu mu secara seimbang dan berkelanjutan;
Manusia sadar bahwa tanpa keberlanjutan pengelolaan dan pemanfaatan mu, hanya kesengsaraan dan penderitaan lah akan mereka tuai di kemudian hari.

Palembang, Jum’at, 29 Juni 2018 
By Alue Dohong

Modul Pelatihan: Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut dengan Sumur Bor Sederhana Berbasis Masyarakat (ISBN 978-602-61026-5-2)





Saat ini belum banyak tersedia buku modul pelatihan pembangunan infrastruktur
pembasahan gambut khususnya sumur bor yang bisa akses maupun digunakan oleh khalayak masyarakat. Untuk itu Badan Restorasi Gambut melalui Kedeputian Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan telah menjawab kelangkaan ini dengan menuliskan modul pelatihan yang dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh khalayak pembaca umum. 


Buku Modul Pelatihan ini menyajikan materi pelatihan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut sumur bor sederhana. Materi terbagi ke dalam dua bagian besar yaitu materi umum yang disajikan pada Bab 2, Bab 3 dan Bab 4; dan materi khusus tentang pembangunan sumur bor sederhana disajikan pada Bab 5, Bab 6, Bab 7 dan Bab 8. Buku modul ini ditulis oleh ahli dan praktisi yang memiliki pengalaman mumpuni bertahun-tahun di dalam membangun sumur di lahan gambut.
Silahkan buka tautan berikut untuk mengakses buku modul tersebut:
https://play.google.com/books/reader?id=hOUNIQAAAEAJ&pg=GBS.PA0

Seandainya Aku Burung atau Gantole (Puisi Gambut-1)

Seandainya aku punya sayap seperti burung atau gantole yang punya mesin!
Maka aku akan terbang melayang-layang dan berputar-putar diatas lahan dan hutan rawa gambut,
Aku akan melihat dan mendengar:
Apakah masih ada nyanyian burung Enggang yang merdu di dalamnya?,
Apakah masih ada Orangutan, Owa-owa dan Bekantan bersarang dan bergelantungan di atas pohonnya?,
Apakah ada raungan harimau berburu dan badak berkubang di alamnya?,
Apakah masih ada tersisa pohon Meranti, Ramin, Jelutung, Pulai, Belangiran berdiri kokoh di diatas tanahnya?,
Apakah masih ada air jernih yang berwarna kehitam emasan menghiasi tubuh air mu?
Apakah masih ada ikan Tapah, Betok, Gabus, Seluang beriak dan berenang-renang di dalam airnya?
Apakah...apakah...apakah manusia masih peduli dengan mu lahan dan hutan gambutku? Ataukah yang tersisa dalam benak dan fikiran manusia hanyalah ambisi untuk merusak dan memperkosa dirimu? 
Kita lihat sampai dimana batas sabar mu menghadapi ulah manusia yang penuh kemunafikan dan keserakahan terhadap eksistensi dan keberlanjutan mu dimuka bumi nusantara ini!.  

Jakarta, Minggu, 08 Juli 2018 
By Alue Dohong

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...