Perjalanan
saya dengan Garuda Indonesia (GA) dengan nomor penerbangan GA88 dari Bandara
Soekarno-Hatta menuju Bandara Schipol, Amsterdam Belanda kali ini diliputi rasa
haru sekaligus bangga. Ada 2 (dua) alasan yang mendasari keharuan dan
kebanggaan saya tersebut, pertama,
hampir seluruh bangku kelas ekonomi dimana saya duduk terisi penuh (info dari
pramugari bahwa kelas business juga terisi penuh); dan kedua, hampir lebih dari 60% penumpang kelas ekonomi tersebut diisi
oleh penumpang dari manca negara (warga negara asing)!.
Terisi
penuh-nya kursi penumpang GA rute internasional merupakan indikasi yang baik
untuk perkembangan bisnis perusahaan milik negara yang merupakan armada
kebanggaan bangsa kita saat ini. Semoga seat
occupancy rate ini terus terjaga dengan baik tidak saja untuk rute
Jakarta-Amsterdam tetapi juga rute-rute GA internasional lainnya, sehingga
armada udara yang merupakan aset penting nasional ini terus berkembang menuju
world class airline yang handal dimasa yang akan datang.
Penumpang GA 88 tujuan Schipol Amsterdam yang sebagian diisi WNA |
Jumlah
penumpang WNA yang nampaknya melebihi jumlah WNI tersebut menunjukkan bahwa
dunia internasional sudah mulai menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap
layanan (services) maupun standar
keamanan (safety standard) yang
dimiliki oleh GA saat ini. Dari sisi pelayanan (services standard) saya kira GA nggak jauh beda dengan airline
kelas dunia lainnya (maklum saya sangat...sangat jarang pakai airlines negara
lain), baik dari sisi keramah-tamahan, kesigapan pramugara/pramugarinya maupun
sajian menu makanan dan minumannya. Klaim layanan yang bagus tersebut telah
dibuktikan dengan diraihkan pengharagaan internasional sebagai yang terbaik
khususnya cabin crew services yang
disematkan oleh lembaga pemeringkat independen internasional kepada GA dalam
beberapa tahun terakhir mengalahkan airline kelas dunia lainnya.
Dua Penumpang WNA yang duduk disebelah saya |
Kalau WNA saja sudah memberikan kepercayaan tinggi kepada Garuda
Indonesia, bagaimana dengan kita sendiri sebagai warga Indonesia yang notabene
sebagai pemilik Garuda Indonesia. Sudahkah kita bangga dan peduli dengan GA?
Ataukah kita masih bangga menggunakan armada udara negara lain dibandingkan
dengan armada kepunyaan sendiri, karena faktor gengsi dan privilege lainnya? Kita
sering mendengungkan dan membusungkan dada dengan berucap: “Garuda di Dadaku”,
sudahkah kita mewujudkan spirit
nationalism tersebut dengan setia menggunakan armada GA setiap kali
berpergian keluar negeri? (dengan pengecualian kecuali memang tidak ada layanan
penerbangan GA ke negara yang dituju).
Apalagi kalau kita menggunakan anggaran negara untuk membiayai
perjalanan tersebut, alangkah tidak etisnya kalau uang negara tersebut justru
kita gunakan untuk mendukung perkembangan armada udara negara lain. Jamak ujaran
bahwa harga tiket GA itu mahal, saya kiranya pendapat tersebut tidaklah
sepenuhnya benar, tiket airline negara lanpun tidak murah-murah amat bahkan
terkadang lebih mahal dari GA. Kendatipun misalanya harga tiket GA relatif agak
mahal sedikit, toh uang yang dikeluarkan pun kembali ke negara sendiri
dibandingkan dengan airline negara lain yang akan menjadi penerimaan negara
tersebut.
Mari mulai saat ini kita gemakan “Garuda di Dadaku” dengan mewujudkan kecintaan kita menggunakan
armada udara milik sendiri, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan saat
sekarang kapan lagi. Gaungkan semangat nasionalisme kedalam tindakan nyata berpergian
dengan GA mulai saat ini dan dimasa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment