Saturday, January 16, 2021

Masuk Asrama Mahasiswa Willoughby Hall (Kuliah Master di Inggris Part 2)

Setelah menunggu hampir 45 menit di luar terminal bandara Birmingham yang bersuhu lumayan dingin disertai tiupan semilir angin yang agak keras membuat tubuh saya sedikit menggigil kedingian, akhirnya jemputan yang ditunggu-tunggu datang juga. Sahabat saya MS dan AJ (maaf saya hanya menyebut inisial untuk menjaga privasi mereka masing-masing) nun jauh dari area parkiran mobil bandara berjalan menghampiri saya sembari ngobrol asyik dan diiring senyuman manis mereka berdua. Setelah saling berjabat tangan dan basa-basi menanyakan kabar masing-masing kami bertiga berjalan kembali menuju kearah area parkiran mobil. Sekejap kemudian tas besar dan tas panggul saya masukan ke bagasi mobil milik si-MS (MS ini adalah mahasiswa dari Jerman yang sedang mengambil program PhD di Nottingham University). Sejurus kemudian MS memacu mobilnya keluar bandara birmingham menapaki jalan keluar bandara terus sampai memasuki highway untuk membawa saya bersama AJ menuju kampus impian Nottingham University. 

 Photo Source :www.geograph.org.uk/photo/598814

Sepanjang perjalanan saya banyak terdiam dan termenung sambil lirak-lirik kiri kanan melalui jendela kaca mobil sembari hati berdecak kagum menyaksikan keindahan dan kehebatan pemandangan lanskap sepanjang kiri-kanan highway yang kami susuri. Hamparan lahan pertanian, pengembalaan ternak nan-luas, jajaran pepohonan besar kecil tertanam rapi dan indah sejauh mata memandang, diselingi dengan bangunan-banunan tua bergaya arsitektur klasik-kuno, jajaran rumah di country sites yang elok dan asri semakin membuat jiwa dan hati saya terperosok jauh ke jurang kekaguman akan hebat dan maju nya satu negara yang bernama Inggris Raya yang dulu saya hanya ketahui dan baca lewat buku-buku geografi, sejarah, berita media eletronik dan cetak serta cerita dari mulut ke mulut. Sekarang yang saya rasakan dan alami bukan lagi sebatas impian dan lamunan melainkan suatu kenyataan, fakta dan faktual (“its real, its fact, not a day dreaming mate”). Menapakkan kaki di negeri Ratu Elizabeth II merupakan impian jutaan orang Indonesia tak terkecuali saya yang merupakan anak desa dan dari keluarga miskin ini.  

 

Sambil sesekali menimpali obrolan singkat sahabat saya MS yang menyetir mobil dan AJ yang duduk di kursi disampingnya, saya terus asyik masyuk menikmati sekaligus mulai memahami dalam hati dan fikiran bahwa inilah perbedaan negara maju seperti Inggris dan negara berkembang seperti negara dimana saya berasal. Perbedaan mencolok dalam hal tata kota, jaringan infrastruktur transportasi, pertanian, perternakan, industri, dan bangunan kuno dan modern yang bersatu-padu dalam tatanan landskap rapi, indah, cantik dan elok. Belum lagi budaya hidup yang disiplin dan tertib seperti terlihat dari cara berkenderaan di higway.  Selintas fikiran dan khayalan saya terbang kembali ke Jakarta yang terkesan sembrawut, macet dan tata kota yang jauh dari kesan rapi, indah dan bersahabat tempo itu. Bahkan khayalan saya pun terbang ke kota Palangka Raya, kota kecil dimana saya berasal dengan keterbatasan fasilitas dan infrastruktur yang sangat jauh tertinggal dibandingkan kota-kota lain di Indonesia palagi kalau dibandingkan dengan kota-kota di Inggris ini.

  

Tak terasa jarak tempuh sekitar 97 km antara bandara Birmingham-Kampus Universitas Nottingham ditempuh dengan tempo sekitar 1 jam 10 menit tuntas terlewati dan membangunkan saya dari lamunan, ternyata kami sudah tiba di gerbang utama kampus Nottingham University yang berlokasi di University Park NG7 2RD. Baru memasuki gerbang universitas tersebut saya langsung berdecak kagum dalam hati melihat kampus yang tertata rapi, elok dan indah dengan perpaduan berbagai jenis pepohonan, tumbuhan, lapangan rumput dan bunga-bungaan yang tertanam berjejer indah dan tertanam rapi bak di di dunia dongeng sepanjang jalan masuk ke area kampus. Lanskap kampus yang indah dan cantik yang dipadukan dengan berbagai gedung arsitektur klasik-modern menjadi satu…sambil excited dan berteriak dalam hati…amboi cantik, indah dan megah nian si calon kampusku gumamku dalam hati penuh semangat.

Tak lama kemudian si-MS membelokkan mobilnya menuju kearah bangunan agak tua bertingkat, saat memasuki bagian depan gedung, terlihat jelas terpampang tulisan: “Willoughby Hall”. Gedung itu merupakan nama bangunan akomodasi mahasiswa (student dormitory) dimana saya akan tinggal untuk sementara waktu dalam rangka program introductory dan pemolesan Academic English di CELE (Centre for English Language).

 

Setelah mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobil, dengan diantar MS dan AJ saya kemudian masuk menuju ke bagian resepsonis dari gedung tersebut, kemudian saya menyapa petugas yang saat itu ada di ruangan:

 

Saya: “Hi good morning sir, how are you today?”.

Petugas: “Hi good morning, how are you and what can I do for you sir?”

Saya: “I have been informed by school staff that he’s registered for my accommodation here in this dormitory” (sambil memperlihatkan passport dan acceptance letter dari universitas).  

Petugas: “Ok, let me check out for you please” (sambil melihat lembaran daftar di depannya). “Oh yes your name is on the list”. “Ok, give me a moment to copy your passport and prepare a confirmed register form for you to fill in and sign up as well as a room key for you”. (jawabnya singkat).

Saya: “Ok thanks”, jawab saya sambil mencoba mencerna Bahasa Inggrisnya yang cepat dengan aksen lokal Nottingham yang rada beda dengan aksen Bahasa Inggris umum yang pernah saya dengar sebelumnya (culture shock pertama saya adalah memahami Bahasa Inggris dengan aksen lokal hahaha).

 

Hanya dalam waktu kurang dari dua menit si petugas membawa lembaran kertas untuk saya tandatangani dan kemudian menjelaskan tata tertib akomodasi, safety procedure gedung, termasuk jadwal makan pagi (breakfast) dan makan malam (dinner).

Tak lama kemudian si-petugas membawa saya menuju kamar di mana saya ditempatkan sambil membuka kunci kamar dia memberikan penjelasan singkat tentang fasilitas di kamar yang bisa saya gunakan selama menginap di situ (tempat tidur tunggal beserta kasur dan alasnya, meja belajar beserta rak-rak penyimpanan buku, lemari pakaian, tempat sampah). 

Dikoridor kamar saya ada 3 kamar lainnya, sehingga ada shared common facilities seperti kompor gas, kulkas, tempat sampah, dan tempat cuci yang bisa dipakai secara bersama-sama oleh penghuni koridor. Setelah menyerahkan kunci kamara, saya diajak menuju ruang shared common facilities, sambil mengatakan:

 

Petugas: “Now I’ll show you other facilities that you can use for free during you stay hereYou have to wash and clean everything after used, please keep clean the kitchen, sink and put all your rubbishes in the trash bins as appropriate”(tempat sampah terpisah antara sampah daur ulang dan tidak bisa di daur ulang yang tersedia di ruang dapur). Pelajaran pertama di hari pertama, proses pisah sampah sudah bagus di Universitas. 

 

Saya: “Ok find thanks”, jawabku.

 

Petugas: “This is a shared kitchen! You can use this kitchen share with other students in your corridor. But again please make its stay clean after used”, jelasnya singkat. 

 

Saat  menujukkan bak cuci dan membuka keran air sambil berucap si-petugas berucap: “this tap water is drinkable” (air keran bisa diminum langsung). Pembelajaran kedua di hari pertama, bahwa air keran di Nottingham bisa di minum langsung dan gratis hahaha (jadi tidak perlu minum air kemasan yang saat itu harganya sangat mehong alias mahal sekali di Inggris masa itu).

Kemudian dia menunjuk dan membuka kulkas besar di dekat dapur bersama sambil berujar: “this refrigerator is also shared with other students, you can store your meal and drink stuffs”, imbuhnya, yang saya jawab: “ok thanks”.      

 

Selanjutnya saya di ajak ke kamar mandi dan toilet yang juga shared common facilities untuk penghuni kamar di corridor yang saya tempati, sambil mengingatkan bahwa: “please keep the toilet is cleaned and dried always”, pintanya dengan mimik muka yang serius (jadi teringat kalau toilet di Indonesia toilet selalu basah dengan air muncrat dimana-mana di lantai hahaha, soalnya habis nyebok airnya keluar kemana-mana, jadinya basah deh semuanya hahaha). Pembelajaran ketiga di hari pertama, bahwa toilet di Inggris harus selalu kering, tidak disediakan keran untuk cuci-cuci pasca habis buang hajat atau air kecil di toilet seperti di Indonesia. Yang tersedia hanya kertas toilet (toilet paper), jadi hanya pakai itu untuk bersih-bersih habis buang hajat, kadang awalnya sih terasa tidak yakin bersih dan nir bau pasca buang hajat, apapalagi kalau pas mencret hahaha.

 

Dengan langkah lincah kemudian si-petugas ngajak saya menuju ke common room untuk breakfast dan dinner. Beliau berujar singkat: “you will have your breakfast and dinner every day during you stay here!”, “You will see many of your friends will have breakfast and dinner at the same time”,  yang saya jawab singkat: “Ok fine thanks”. Diruang lain didekat common room tersebut ada 2 meja bilyar, sambil menunjuk kea rah itu dia berujar: “you can play billiard there with your friends during your free time with no cost” alias gratis ujar nya.  

 

Berikutnya si-petugas ngajak saya ke fasilitas mesin cuci (laundary facilities) berbayar, sambil berkata: “These are laundry machines which you can use for washing your clothes, but you have to pay with coins”, “Ok fine thanks you” timpal saya singkat. Kemudian kami berdua berjalan menuju ke luar gedung dibagian belakang, dia menunjukan ada lapangan tenis, lapangan bola dan kolam renang, sambil berujar singkat: “those facilities you can used for free while you stay here”, “Ok thanks” sahut saya singkat (takut ngomong panjang-panjang takut si-petugas kurang paham yang saya maksudkan dan saya juga takut tidak paham dengan omongan Bahasa Inggris nya yang cepat dan dengan logat lokal yang sangat spesifik hahaha).

 

Teakhir dia berucap: “that’s all informatyion for now, any question?”, ‘No thank you”, timpal saya. “Anyway, if you have any question please do not hesitate to contact us at the front reception”, “enjoy your stay here” tambahnya, yang kemudian saya timpali “many thanks for kind help and explanation you’ve given”. Si-petugas kemudian kembali ke ruang resepsionis sedangkan saya berjalan kembali ke kamar saya. 

Sejurus kemudian saya menghempaskan tubuh diatas kasur tempat tidur berukuran kecil di kamar tersebut sambil menerawangkan mata menuju keatas langit-langit kamar sambil berucap syukur dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasihnya hari ini sehingga saya sudah tiba di kampus impian. Hari pertama yang terasa panjang dan sangat melelahkan, namun “my expectation and imagination are paid off”.

No comments:

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...