Monday, February 01, 2021

Pesta Perpisahan (Farewell Party) PEAP dan Ekspektasi Makan Serba Gratis Yang Sirna (Sekolah Master di Inggris part 5)

Mengakhiri kegiatan Presessional English for Academic Purposes (PEAP) maka pihak Centre for English Language Education (CELE) mengundang peserta PEAP untuk hadir dalam acara pesta perpisahan (farewell party) yang dilaksanakan di salah satu bar/restoran di sekitar pusat kota. Mendengar kata pesta maka hati saya menjadi berbunga-bunga dan  penuh semangat untuk bergabung dan nimbrung dalam pesta perdana yang saya ikuti setelah tiba di Kampus UNINOT Inggris. Membayangkan berbagai macam jenis makanan dan minuman yang serba gratis menjadi motivasi kuat yang mendorong niat hati sehingga kegiatan ini wajib untuk saya hadir. Maklum harga-harga makanan dan minum di Nottingham saat itu bukan lah perkara murah untuk ukuran kantong mahasiswa yang pas-pasan seperti saya. Apalagi mengingat modal awal di saku yang cuma £200 saat tiba pertama kali di Nottingham kondisinya sudah mulai menipis dan mengkuatirkan. Dalam hati saya berucap “lumayan lah tidak perlu keluar uang se-penny pun untuk beli makan dan minuman untuk malam ini” 😁😁😁. Saking antusiasnya saya dedikasikan perut saya untuk tetap kosong dengan tanpa diberi sedikit pun asupan makanan dan minuman sebelum berangkat ke tempat acara. “Ntar kenyang duluan deh sedangkan makan dan minuman di pesta banyak ragam dan jumlah nya”, fikiran saya berkhayal.  

Setelah menyiapkan diri dengan pakaian yang agak rapi sedikit (maklumkan mau menghadiri pesta alias party gitu loh brow πŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜ƒ) saya dan bersama tiga rekan dari Thailand, Jepang dan China pergi bareng untuk bergabung dengan peserta lain yang sudah menunggu di dalam mobil minibus yang disediakan oleh penyelenggara PEAP. Sejurus kemudian minibus meluncur ke lokasi tempat acara yang sudah diumumkan sebelumnya dan singkat cerita tibalah kami di lokasi dan disitu sudah tiba duluan para tutor PEAP yang sedang duduk-duduk dan juga ada yang berdiri sembari memegang gelas minum atau mengunyah makanan yang tersaji di depannya masing-masing. “Wah mereka sudah mulai makan dan minum nih” gumam saya dalam hati. Salah seorang pengelola PEAP kemudian menyambut dan menyapa rombongan kami sambil berucap singkat “Welcome everyone, please find anywhere to sit or stand whatever you like, and comfortable” (selamat datang semua, silahkan cari tempΓͺta duduk yang diingini dan menurut kalian nyaman). 

 

Kami berempat kemudian mencari tempat duduk di satu meja bundar yang kursi-kursinya kebetulan masih kosong dan sepakat untuk nongrong disitu. Tak lama kemudian salah seorang pengeloa PEAP yang juga merupakan seorang tutor selama kegiatan kursus, berbicara:

 

Tutor: “Attention please, attention please guys (“mohon perhatian..mohon perhatian semuanya) pinta nya mimik muka sedikit serius. Kamipun menghentikan pembicaraan masing-masing untuk mendengar apa yang akan disampaikan si tutor. 

 

Dia kemudian melanjutkan: “Hi everyone, tonight is our farewell party, after we’ve been six weeks together with you all in the PEAP program, it’s time for us now to say good bye to each other” (“Hai semuanya malam ini merupakan pesta perpisahan kita, setelah hampir 6 minggu kita telah bersama-sama, maka saat nya untuk mengucapkan selamat tinggal untuk masing-masing”). I believe that everyone has to continue his or her study journey probably with different school and faculty” (Saya percaya bahwa masing-masing akan meneruskan studinya kemungkinan dengan jurusan dan fakultas yang berbeda) ujar nya menbambahkan. 

 

Kemudian mengakhiri sambutan singkat sang tutor berucap: “For and on behalf of  my other colleagues, I thank you all for your seriousness, active participation and patience during PEAP program in the past few weeks” (Untuk dan atas nama teman-teman tutor lainnya, saya mengucapkan terima kasih atas keseriusan, partisipasi aktif dan kesabaran anda-anda semuanya). I wish you all a very successful study and enjoy your stay here at the UNINOT, and enjoy the farewell party as well ” (Saya berharap anda semua sukses dalam studi dan nikmatilah selama tinggal di Uninot)",  ujar nya menutup sambutan singkatnya. 

 

Setalah sambutan dari perwakilan tutor tersebut selesai, saya bersama teman-teman kembali ngobrol ngarul ngidul lagi. Setelah hampir setengah jam berlalu, saya pun mulai bertanya-tanya di dalam hati: “dimana ya makanan dan minumannya di hidangkan?.” “Inikan pesta, seharusnya ada makanan dan minuman yang disediakan” gumam saya dalam hati. Sementara saya lihat sedari tadi tutor beserta rekan mereka yang lainnya bolak-balik ke meja bartender atau kasir mengambil makanan atau minuman yang sudah dipesan sambil merogoh kantong atau mengeluarkan dompet untuk memberikan uang ke kasir atau bartender yang sedang bertugas. 

Photo Source: https://www.nottinghampost.com/whats-on/food-drink/
nottingham-by-river-canal-pubs-1730454


Akhirnya karena perut sudah mulai mengamuk tanpa kompromi karena memang belum diisi sedikitpun sebelumnya, saya pun karuan iseng bertanya kepada rekan dari Thailand yang duduk disamping saya.

 

Saya: “Hi mate, do you see any food or drink stuffs that we can taste?” (“Hai kawan apakah kamu ada melihat makan dan minuman yang bisa kita coba rasakan?”)

 

Teman: “No I didn’t see any tables or corners provided with meals or drinks for us to taste” (“Tidak, saya tidak melihat ada meja-meja dan sudut-sudut ruangan yang menyediakan makanan atau minuman yang bisa kita coba”), timpalnya

 

Saya: “We are having party, aren’t we?” (“Kita sedang pestakan?”) tanya saya rada penasaran.

Teman: “Yes we are” (“ya betul”), jawabnya singkat dengan wajah agak keheranan penuh tanya juga.

Saya: “As we are having party, our meals and drinks supposed to be served, didn’t we?”(“Karena kita sedang pesta, mestinya makan dan minuman kita disediakan bukan”) tanya saya semakin penasaran.

Teman: “ I reckon too mate” (“saya kira juga gitu teman”), jawab rekan saya singkat.

 

Dua kawan kami semeja dari Jepang dan China pun sedari tadi juga tampak bengong sambil nengok kesana kemari. Akhir nya si kawan dari Jepang berdiri dan berjalan menuju menuju kearah tutor dan kawan-kawannya yang lagi sedang asyik menikmati makanan dan minum sembari bersenda gurau serta tertawa riang dengan nada suara yang semakin tinggi oktaf nya (mungkin juga karena pengaruh beberapa gelas bir yang sudah masuk ke dalam perut hahaha πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚). Saya perhatikan dari tempat duduk si rekan Jepang ini sedang ngobrol atau sepertinya sedang bertanya sesuatu kepada salah satu tutor kami.

 

Tidak lama kemudian rekan Jepang ini balik kembali kearah meja kami dan ternyata membawa berita yang agak mengejutkan dan kurang mengenakkan ditelinga

 

Teman Jepang: “They don’t provide any meals and drinks for us in this party” (Mereka tidak menyediakan makanan dan minuman untuk kita). “Our tutor said to me that if you want to have something to eat or drink, you have to order by yourself with the bartender or cashier desk, and please don’t forget to pay any meals or drink that you’ve ordered with your own money”, (Tutor kita bilang ke saya bahwa bila kamu ingin makan atau minum silahkan kamu pesan sendiri langsung di meja kasir, dan jangan lupa untuk membayar sendiri semua makanan dan minuman yang telah kamu pesan)”, ucapnya singkat. 

 

Mendengar informasi tersebut hati dan raga saya sedikit shock bagaikan kesentrum listrik atau kesabet halilintar hahaha πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚. Bagaimana tidak shock tadinya mengkhayal akan menikmati aneka ragam macam makanan dan minuman secara gratis semuanya menjadi buyar. Fikiran saya terus terbayang kalau di Indonesia yang namanya diundang dalam pesta sudah selalu pasti akan disuguhi makanan dan minuman yang sesuka kita  untuk menikmatinya tanpa ada kewajiban untuk membayar sepersen pun hahaha πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…. Nah rupanya di Nottingham budaya pestanya berbeda, kalau kita diundang ke suatu pesta di restoran atau bar maka siap-siaplah untuk bayar sendiri-sendiri terhadap makanan atau minuman yang dipesan. Karena umumnya tidak ada makanan atau minuman yang disediakan secara gratis oleh yang mengundang pesta, mungkin karena ada prinsip “No such a free lunch” (tidak ada makan siang yang gratis) hahaha πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

 

Akhirnya di pesta itu saya hanya berani memesan satu kaleng soft drink untuk diminum dan itupun harga nya sudah sangat mahal untuk ukuran dompet saya, karena yang jual minuman tersebut adalah bar/restoran  yang cukup beken di lokasi tersebut. Tidak lama kemudain pesta berakhir dan kami kembali ke kampus dan menghilang ke kamar masing-masing. Harapan terhadap pesta yang akan memuaskan rasa lapar dan dahaga akhirnya sirna seriring dengan malam yang semakin larut dan cuaca lumayan dingin yang menusuk tulang.

 

Pembelajaran yang didapati disini bahwa “kalau kita diajak oleh teman atau sahabat untuk pergi ke pesta atau makan pagi, siang atau malam di bar atau restoran di Nottingham, kita jangan berharap bahwa kawan atau sahabat tersebut akan mentraktir untuk bayar makanan atau minuman yang kita pesan, siap-siap saja untuk membayar sendiri” 😁😁. Budaya begini ternyata sangat 180 derajat berbeda dari budaya kita di Indonesia, yang kebiasaannya teman ngajak makan atau minum lah yang akan bayar”, hahaha πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†
.

No comments:

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...