Saturday, June 23, 2018

Aku Sungai (Puisi Sungai Bagian-3)

Tubuhku berkelok-kelok elok bagaikan ular anaconda melingkari bumi,
Bibir pantaiku indah tak bercela bak bibir merah sang bidadari,
Pepohonan besar dan rindang tumbuh bebas disepanjang sepadanku,
Satwa terestrial dan avifauna bersemayam dan bernyanyi riang di pepohonan diatas sepadanku,
Air putih, bersih dan jernih mengalir melalui tubuhku dari pelosok hulu sampai tepi laut,
Aku mengalirkan air kehidupan dan bukan air bah bencana untuk semua mahkluk,
Ikan-ikan berkeliaran, bersendau gurau dan berlari kian kemari di kebeningan airku yang jernih bak warna Kristal putih,
Manusia menjadi sahabatku dan aku memberikan mereka sumber kehidupan, kesejahteraan dan kedamaian.

Ah…itu dulu, sekarang?

Semuanya telah sirna,
Semuanya tinggal sejarah dan kenangan belaka,
Semuanya hanya tercerita indah di buku-buku dan kanvas guratan pena tanpa realita,
Tubuhku yang indah telah terkoyak dan berserakan tak karuan karena ulah pemburu rente dan harta serakah manusia,
Sepadanku dirajang dan dihancurkan serta dimusnakan tanpa rasa dan iba manusia,
Pohon-pohon indahku ditumbang dan dirajang demi silap mata manusia yang rabun estika dan budaya,
Tubuhku dibuat epicentrum limbah dan sampah manusia tak beretika,
Kelokan tubuhku di codet, dibeton dan diiris-iris demi birahi kuasa dan harta manusia,
Ikan-ikan indahku diracun, disetrum dan di boom untuk usaha manusia durhaka pemuja dosa,
Diriku sering diidentikan sebagai pembawa bencana dan malapetaka dan durjana bagi manusia,
Padahal semuanya itu bukan akibat ulahku, tetapi perbuatan manusia yang memproklamir diri sebagai mahkluk paling saleh beragama, berilmu dan beretika.
  
Jakarta, Minggu, 24 Juni 2018
By Alue Dohong 

No comments:

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...