Monday, June 18, 2018

SUNGAI (Puisi Sungai 1)

Sungai,
Dulu engkau kami anggap sebagai sumber air kehidupan, karenanya engkau sangat kami cintai dan hormati.
Sungai,
Dulu engkau kami anggap sebagai sumber urat nadi perekonomian, karena engkau menyajikan sumber kehidupan dan gizi bagi jasmani kami.
Sungai,
Dulu engkau kami anggap sebagai jalur transportasi utama, karenanya engkau di puja dan puji karena engkau berjasa melancarkan migrasi orang dan barang dari kota sampai ke pelosok desa
Sungai,
Dulu engkau kami anggap pusat terapi kesehatan raga dan jiwa, karena aliran jernih air mu mengobati dahaga raga, jiwa dan fikiran kami.
TETAPI SEKARANG,
Sungai,
Engkau kami punggungi dan memandangmu pun merupakan kengerian dan kejijikan bagi kami karena pekat hitam warna air mu dan comberan sengit bau mu.
Sungai,
Kini engkau kami anggap tidak lebih dari tong sampah, dimana berbagai sampah dan kotoran kami tumpahkan diatas mu tanpa peduli nilai-nilai estetika mu
Sungai,
Kini engkau kami hanya anggap sekedar aksesori alam yang karenanya sering di kebiri dan ditutupi.
Sungai,
Kini engkau tidak lebih dari pusat caci-maki dan karenanya engkau sering dianggap pembawa bencana banjir dan pembunuh Jiwa
Sungai,
Engkau adalah korban ambisi dan ketidakpedulian kami yang selalu mengangap diri mahkluk penuh religi dan berilmu tinggi.

Medio April 2018
Alue Dohong

No comments:

Short Interview with a Tourist from Australia on Pulau Padar NTT

On 7th July 2022 I visited Pulau Padar (Padar Island), one of the Islands in the Komodo National Park in Nusa Tenggara Timur Province. Pulau...